Minggu, 08 April 2012

Gasiang tangkurak

Gasiang tangkurak . Jenis gasiang yang
biasa difungsikan sebagai media
untuk menyakiti dan menganiaya
orang lain secara magis. Gasiang
tingkurak bentuknya mirip dengan
gasiang seng yang pipih, tetapi
bahannya dari tengkorak manusia.
Gasiang seperti ini hanya bisa
dimainkan oleh dukun, orang yang
memiliki kemampuan magis. Sambil
memutar gasiang, dukun
membacakan mantra-mantra. Pada
saat yang sama, orang yang menjadi
sasaran akan merasakan sakit, gelisah
dan melakukan tindakan layaknya
orang sakit jiwa.
Misalnya, berteriak-teriak, menarik-
narik rambut, dan yang paling
popular- memanjat dinding. Pekerjaan
ini biasanya dilakukan pada malam
hari. Bila dukun bisa mempengaruhi
korbannya, maka korban akan
berjalan menemui dukun atau orang
lain yang meminta dukun melakukan
hal demikan. Di antara isi mantra
dukun itu berbunyi, jika korban
sedang tidur suruh ia bangun, kalau
sudah bangun suruh duduk, jika
duduk suruh berjalan, berjalan untuk
menemui si anu...�. Penyakit magis
yang disebabkan oleh gasing
tangkurak ini lazim disebut Sijundai .

Ilmu magis yang memanfaatkan
gasiang tingkurak untuk menimbulkan
penyakit sijundai merupakan ilmu
jahat yang dijalankan melalui
persekutuan dengan syetan. Ilmu ini
beredar luas dan dikenal oleh
masyarakat di pedesaan Minangkabau
pada umumnya. Hal ini misalnya
terlihat pada popularitas lagu Gasiang
Tangkurak ciptaan Syahrul Tarun
Yusuf dinyanyikan oleh Elly Kasim,
seorang penyanyi Minang legendaris.
Gasiang tangkurak biasanya
digunakan membalas dendam.
Seseorang datang kepada sang dukun
untuk menyakiti seseorang dengan
sejumlah bayaran. Ukuran harga yang
lazim digunakan adalah emas.
Sebagai syarat pengobatan, biasanya
dukun meminta emas dalam jumlah
tertentu sebagai tanda, bukan upah.

Tanda ini akan dikembalikan jika sang
dukun gagal dalam menjalankan
tugasnya. Tetapi kalau ia berhasil,
maka uang tanda ini diambil, dan
pemesan harus menambahnya
dengan uang jasa.
Selain untuk menyakiti, ada dukun
tertentu yang menggunakan gasiang
tingkurak untuk mengobati penyakit
yang disebabkan oleh hal-hal magis.
Yang lainnya, gasiang sering juga
dipakai sebagai media untuk
mensugesti orang lain menjadi tertarik
pada diri kita. Ilmu terakhir ini biasa
disebut Pitunang .

Sesuai dengan namanya, bahan
utama gasiang tingkurak adalah
tengkorak manusia yang sudah
meninggal. Gasiang ini hanya bisa
dibuat oleh orang yang memiliki ilmu
batin tertentu. Pada berbagai daerah
terdapat beberapa perbedaan
menyangkut bahan tengkorak yang
lazim dan paling baik digunakan
sebagai bahan pembuat gasing
tangkurak. Pada beberapa daerah,
tengkorak yang biasa digunakan
adalah tengkorak dari seseorang yang
mati berdarah.

Daerah yang lain lebih menyukai
tengkorak dari orang yang memiliki
ilmu batin yang tinggi khususnya
untuk pengobatan, sedangkan daerah
yang lain lagi percaya bahwa
tengkorak dari wanita yang meninggal
pada saat melahirkan merupakan
bahan paling baik. Bahkan pada
daerah tertentu, seorang informan
menyebutkan bahwa tengkorak yang
paling baik adalah tengkorak anak-
anak yang telah disiapkan sejak kecil.
Anak itu dibawa ke tempat yang sunyi,
kemudian dipancung.

Tengkorak yang
masih berdarah itulah yang dijadikan
bahan untuk gasiang tengkorak.
Bagian tengkorak yang digunakan
adalah pada bagian jidat. Pada hari
mayat dikuburkan, dukun pembuat
mendatangi kuburan, menggali kubur
dan mayatnya dilarikan. Tengkorak
yang diambil adalah pada bagian
jidat, karena dipercaya pada bagian
inilah terletak kekuatan magis
manusia yang meninggal. Ukuran
tengkorak yang diambil tidak terlalu
besar, kira-kira 2 X 4 cm. Saat
mengambil tengkorak mayat, dukun
membaca mantra khusus sambil
menyebut nama si mayat.
Setelah diambil, jidat itu dilubangi dua
buah di bagian tengahnya. Saat
terbaik untuk membuat lobang adalah
pada saat ada orang yang meninggal
di kampung tempat pembuat gasiang
berdomisili. Saat demikian dipercaya
akan memperkuat daya magis
gasiang. Kemudian pada kedua
lubang itu dimasukkan benang
pincono, atau benang tujuh ragam.
Gasiang dan benang itu kemudian
diperlakukan secara khusus sambil
memantra-mantrainya. Gasiang itulah
kemudian yang digunakan untuk
menyakiti orang.

Ada lagi jenis gasiang lain, yang
fungsinya hampir sama dengan
gasiang tingkurak. Gasiang ini terbuat
dari limau puruik ( Citrus hystrix ) dari
jenis yang jantan dan agak besar.
Pada limau itu dibacai mantra-
mantra. Limau purut ditaruh di atas
batu besar, kemudian dihimpit
dengan batu besar yang lain. Batu itu
sebaiknya berada di tempat terbuka
yang disinari cahaya matahari sejak
pagi hingga petang. Sebelum dihimpit
dengan batu, dibacakan mantra.
Limau dibiarkan hingga kering benar,
setelah itu baru dibuat lobang
ditengahnya. Ke dalam lobang itu
digunakan banang pincono, atau
benang tujuh warna.

Gasiang jenis ini biasanya dipakai
untuk masalah muda-muda dan
pengobatan. Pemakaian gasiang ini
menggunakan perhitungan waktu
tertentu yang didasarkan pada
pembagian waktu takwim. Untuk
kepentingan muda-mudi, waktu yang
lazim dipakai adalah waktu Zahrah,
sedangkan untuk pengobatan
dilakukan pada waktu Syamsu. Untuk
tujuan baik, tidak ada pantangan saat
menggunakan gasiang. Tetapi untuk
hal yang jahat, maka pengguna harus
menghindari seluruh hal yang
berkaitan dengan jalan Tuhan harus
dihindari.

Urang Solok mamakan siriah
Duduak bajuntai di pamatang
Kok indak talok dek pakasiah
Iko sijundai nan kadatang ,

lah lapuak lapiak nan diateh lantai
dibawah lapiak banyak kapindiang
kok dicaliak urang kanai sijundai
karajonyo mamanjek dindiang

karupuak sanjai dibao dalam katidiang
dijujuang urang sampai ka sungai
tanang
kanai sijundai dapek mamanjek
dindiang
tantu labiah santiang mamajek batang
pinang

uok jariang jo uok patai
nan katigo pucuak japan
jikok takuik kanai sijundai
jan baranti mambaco alquran

sumber

Published with Blogger-droid v2.0.4

0 komentar:

Posting Komentar

herfriand blog © 2008 Template by:
SkinCorner